Rabu, 08 Mei 2013

7 Langkah Menjernihkan Hati

Jika kita menatap kehidupan manusia sekarang ini, maka hati kita akan pilu. mereka kebanyakan adalah manusia sipil, tetapi berkarakter militer. mereka manusia yang sehat secara fisik tetapi rohaninya sakit. merekja memproklamirkan dirinya sebagai makhluk modern, tetapi miskin adab dan cenderung primitif.
Merekalah makhluk yang tidak utuh, terbelah jiwanya, serta tidak pandai menjalani kehidupan ini secara seimbang. mereka memandang agama hanya sebatas pencuci dosa, bukan pencegah dari perbuatan yang fashya' atau Munkar.

Disatu sisi mereka rajin berdoa dimasjid, tetapi setelah keluar dari masjid mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan isi doanya.
Mereka adalah manusia sekuler, memceraikan makhluk dari al-Khalik. Mereka membuat dikotomi-kotomi, memisahkan Ranah Ruhani dan jasmani, Ritual dan sosial, Akal dan iman, Dunia dan Akhirat, serta jiwa dan raga.

Allah Berfirman : Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (Al-Baqaroh [2]: 10).

Para Mufasir menjelaskan bahwa penyakit yang dimaksud dalam ayat itu adalah keyakinan mereka terhadap kebenaran Nabi Muhammad SAW lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri hati, serta dendamterhadap Nabi SAW dan orang-orang Islam.
Agar struktur rohani dan mata hati seseorang tetap tajam untuk melihat kesejatian, berikut Kiat-Kiat nya:

1. Mengubah Cara memandang Tuhan, diri sendiri, misi kehadirannya didunia, dan Alam.

Ini merupakan langkah dasar dalam rangka mentauhid kannya, Yaitu mempersembahkan segala bentuk Ibadah hanya kepadanmya dan membebaskan diri dari segala bentuk penghambaan kepada selainnya. Allah berfirman :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku. (Adz-Dzariat [51]: 56).

2. Berinteraksi secara intensif dengan al-Qur'an dan menghayati maknanya.

Allah berfirman :
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaannya kejalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita (Kekafiran) kepada cahaya (Iman) yang terang benderang dengan  seiizinnya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. ( Al-Maidah[5]: 16).

3. Banyak berzikir ketika berada dikeramaian maupun sendirian.

Allah Berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, Zikir yang sebanyak-banyak nya. (Al-Ahzab [33]: 41).

Dengan banyak berzikir akan timbul perasaan takut kepada Allah dan berusaha untuk senantiasa menghadirkannya dimanapun kita berada. Dampak selanjutnya akan lahir kesadaran untuk banyak bertaubat dan berIstigfar kepada Allah demi menghapus dosa-dosa yang diikuti dengan meninggalkan perbuatan dosa, maksiat, dan penyimpangan.

4. Mengembara keakhirat dan mengingat kematian.

Mata hati akan selalu jernih dan tajam ketika selalu diajak mengembara kealam akhirat dan seakan-akan telah sampai disana dan merasa seperti telah menjadi penghuninya.

Hamra al-Qushairi berkata,"Kita semua yakin dengan datangnya maut, namun kita tidak mempersiapkan diri. kita semua yakin akan surga, namun kita tidak beramal, dan kita semua yakin akan adanya neraka, namun kita tidak merasa takut kepadanya. maka atas dasar apa kita bersuka Riya ?".

5. Rajin melakukan Shalat Malam.

Rasulullah SAW bersabda,"Tetaplah kalian melakukan Shalat malam. sebab Shalat malam merupakan kebiasaan orang-orang Saleh sebelum kalian, mendekatkan diri kepada Allah, memcegah dosa, menghapus kejahatan, mengusir penyakit dari adan (Riwayat At-Tirmidzi, Al-Hakim dan Al-Baihaqi).

6. Berkumpul dengan orang-orang Saleh.

Rasullah SAW bersabda,"Seseorang itu tergantung agama sahabatnya, maka perhatikan kepada siapa ia menjalain pertemanan." (Riwayat At-Tirmidzi).

Adapun diantara ciri orang yang saleh adalah taat dan kontinyu beramal saleh serta selalu mengikhlaskannya, menyibukkan diri dengan kelemahan dirinya sendiri, tidak sibuk dengan aib orang lain, memperhatikan umat islam, dan bersemangat dalam menghadapi permasalahan umat.

7. Banyak bermuhasabah.

Muhasabah ialah menghisab dirinya ketika selesai melakukan amal perbuatan.

Allah Berfirman:
Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hasyr[59]: 18).

Referensi :

Majalah Suara Hidayatullah.Melihat Dengan Mata Hati. Edisi 12 XXIV April 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar